pertanyaan Bolehkah aqiqah di hari raya idul adha, iya, memang kita tidak lama lagi akan melakukan ibadah qurban di hariraya, nah pertanyaan selanjutnya, bagaimana jika ada saudara yang belum melaksanakan aqiqah anaknya, namun pada kesempatan ini ia juga ingin melakukan ibadah qurban?
Simak : Harga Paket Aqiqah Enak Jogja 2021
apakah boleh melakukan ibadah aqiqah untuk anaknya dilakukan pada hari raya idul adha, dan diniatkan untuk kurban juga?
saya akan percaya jika yang mengatakan seorang yang benar-benar berilmu. nah kali ini kami akan memberikan penjelasan mengenai pertanyaan tersebut dari seorang habib yang sangat terkenal keilmuanya dan juga akhlaknya.
Bolehkah aqiqah di hari raya idul adha ? menurut habib novel alaydrus.
Bolehkah aqiqah di hari raya idul adha
Aqiqah atau Qurban Dulu?
Mana yang lebih utama, aqiqah dahulu atau berqurban terlebih dahulu?
.
Perlu kita ketahui, aqiqah disunnahkan bagi seseorang yang dia memperoleh karunia dari Allah Ta’ala, mendapatkan putra atau putri.
.
Maka seseorang yang mendapatkan anak disunnahkan untuk aqiqah.
.
Kapan itu? Pada hari ketujuh atau kelipatannya, keempatbelas, keduapuluhsatu dan seterusnya.
.
Lantas bagaimana, saat dia akan beraqiqah, di situ ada hari raya qurban? Dia harus mendahulukan mana? Aqiqahnya atau qurbannya?
.
Maka (yang) kita perlu ketahui, aqiqah waktunya luas. Bisa beberapa hari setelah qurban, bisa beberapa bulan setelah qurban.
.
Tapi kalau qurban mesti nunggu tahun berikutnya. Karena itu sebagian ulama mengatakan hendaknya dia berqurban terlebih dahulu.
.
Karena qurban ini datangnya setahun sekali. Sedangkan aqiqahnya bisa dilakukan pada bulan-bulan berikutnya.
.
Karena itu jangan ragu lagi, jangan bingung lagi, aqiqah atau qurban. Kalau emang itu waktunya hari raya qurban maka qurbanlah. Dan dua-duanya sama-sama sunnah.
.
Oleh Habib Novel Alaydrus (dikutip dari akun instagram official beliau)
biografi ulama habib novel alaydrus.
biografi habib novel alaydruss
Habib Novel Alaydrus atau yang lebih akrab dipanggil dengan Habib Novel lahir dan tumbuh besar di kota Solo, 24 Juli 1975 / Kamis, 15 Rajab 1395 H. Beliau adalah putra kesatu dari pasangan Muhammad Alaydrus dengan Luluk Al-Habsyi.
Ketika masih dalam kandungan, Ibunda beliau memiliki mimpi didatangi oleh Alm. Habib Soleh Al-hamid Tanggul lantas memberikan sebuah buku berbahasa arab yang lumayan tebal. Sang ibupun mempercayai bahwa buku yang dimaksud ialah anak yang dikandungnya itu.
Nama Novel diserahkan oleh ayah beliau guna meneladani Habib Salim bin Jindan yang menamakan putranya dengan Nauval. Harapan ayahanda beliau supaya kelak anaknya ini menjadi singa podium laksana Habib Salim bin Jindan dan putranya.
Cerita Hidup
Selepas tamat dari edukasi menengah atas, kakek beliau menyerahkan nasehat
” jika anda menguasai bahasa arab, maka anda akan menemukan ilmu laduni”
Maka ketika dilarang oleh ibundanya guna meneruskan edukasi ke bangku kuliah di luar kota, pada akhir tahun 1994 sampai pertengahan tahun 1995, beliau sukses merayu ibundanya guna belajar bahasa Arab di pesantren Darul Lughah wad Dakwah untuk memburu ilmu laduni laksana yang dijanjikan kakek beliau.
Dalam masa tidak cukup lebih 7 bulan, beliau berhenti dari pesantren atas permintaan ibundanya. Ketika mengemukakan izin guna berhenti, Habib Hasan Baharun yang tidak mudah menyerahkan izin, secara mengejutkan malah berkata”
pulanglah, yang anda pelajari sudaah lumayan, dan anda telah mendapat keberkahan
Ucapan Habib Hasan tersebut terbukti selepas meninggalkan pesantren, Habib Novel secara teratur belajar untuk Habib Anis bin Alwi Al-habsi di Solo semenjak tahun 1995 sampai wafatnya beliau di tahun 2006.
Habib Novel mulai menerjemahkan dan menulis kitab atas permintaan putra Habib Anis; Habib Husein, semenjak tahun 1997 hinggal kini. Karya beliau sudah menjangkau puluhan judul. Klik disini untuk menyaksikan detil karya beliau.
Sepeninggal Habib Anis, Habib Novel baru secara aktif berdakwah keliling nusantara sampai ke mancanegara. Beliaupun menegakkan majelis Ar-Raudah yang bermarkas besar di Jl. Dewutan No. 112 Rt. 01 Rw. 16 Semanggi, Pasar Kliwon, Solo 57117. Majelis yang beliau asuh mendapat sambutan baik dari masyarakat luas, terbukti kajian yang beliau selenggarakan tiap jumat malam dikunjungi oleh ribuan orang dari sekian banyak pelosok negeri.
Satu urusan yang tidak jarang kali beliau sampaikan, dakwah supaya berhasil maka yang dilihat, didengar, dicium, dan dialami haruslah enak. Oleh karena tersebut beliau selalu berjuang mengemas majelisnya seindah mungkin. Baik dari visual, sound system, jasmani bangunan, aromanya dan sajian makanannya.
Diatas tanah seluas 1800m2 itulah majelis Ar-Raudah didirikan dan menjadi lokasi yang ditelusuri dan ditemui oleh umat. (dikutip dari website beliau)
lanjutkan membaca yuk:
Pingback: 16 Tips dan Cara Perawatan Ibu Habis Melahirkan Dengan Normal. -Ridho Aqiqah Jogja